Setelah 10 Tahun Pernikahan

Hari ini baca status seorang teman tentang pernikahannya yang sudah mencapai angka 8tahun.
Lalu mencoba mengingat sudah berapa tahun mengarungi bahtera rumah tangga ini bersama si bapak.....(selama ini gak pernah ngitung dan gak pernah peduli)  kok ya tiba-tiba jadi mikir

Ternyata kami sudah menikah 10tahun lebih, tahun ini berjalan ke arah 11tahun.La wong kakak sudah mau kelas 5 SD.
Tak terasa sudah lama kami menikah, rasanya baru kemarin si bapak ngantar makanan sahur ke kos pas kuliah.
Rasanya baru kemarin pusing nyari desain undangan pernikahan, pusing nyari souvenir.... maklum dananya mepet
Rasanya baru kemarin sedih pisah sama orang tua, ikut si bapak merantau
Rasanya baru kemarin jalan muterin kompleks nyari kontrakan sambil bawa si kakak di perut saat pertama kali pindah kesini.
Rasanya baru kemarin si kakak ngambek di PG soalnya bangun kesiangan.
Rasanya baru kemarin tiap tugas selalu ngajak si kakak.
Rasanya baru kemarin tiap malam begadang nyusuin adik.
Dan banyak lagi yang rasanya baru kemarin.. 

Yang rasanya baru kemarin itu ternyata sudah 10 tahun lebih.Ah...begitu cepat wakti berlalu, begitu cepat semua berjalan tanpa disadari.
Ada penyesalan saat cita-cita belum tercapai, ada bahagia saat harapan menjadi kenyataan, ada kecewa saat hasil tidak sesuai, ada banyak rasa di rumah ini selama 10 tahun lebih.

Entahlah, bagi saya menjalani 10 tahun ini bagi air mengalir. Tidak pernah dipikir, tidak pernah ditarget dan tidak pernah didiskusikan dengan bapak. Masing -  masing berjalan mengalir, jika ada satu dan dua penyesuaian  atau ketidakcocokan tinggal dikatakan dan diungkapkan.

Bagi kami, kami saling melengkapi saat salah satu menjauh yang satunya akan terpincang pincang. Seperti sandal yang harus berpasangan agar bisa dipakai berjalan.

Semakin kesini kami semakin kalem, sudah tidak meledak -ledak seperti diawal -awal. Maklum sama - sama keras.  Kalaupun ada tindakan dari salah satu pihak yang dirasa tidak sesuai pelan - pelan disampaikan. Mosok dah sepuluh tahun lebih kok gak berubah ? 

Kami sama -sama bukan tipe romantis, kalau yang dimaksud romantis itu mengungkapkan isi hati dengan kata - kata mutiara, makan malam ke restoran diiringi alunan musik merdu, membawakan bunga, atau saling memuji disosial media. Bagi saya, selalu bergandengan tangan saat berjalan, bapak yang bersedia balurin punggung pakai minyak kayu putih tiap malam, suka bawaain cemilan tiap pulang kantor, walaupun kadang cemilannya aneh itu sudah menandakan kalau si bapak sayang dan perhatian.

Masih jauh perjalanan pernikahan ini, masih banyak yang harus dilalui bersama. Semoga langgeng dan rukun ke depannya.

Bisa menjadi contoh untuk anak -anak, karena kami tumbuh dengan melihat pernikahan orang tua kami yang Alhamdulillah rukun sampai kakek - nenek, padahal kedua ayah (mertua dan ayah sendiri) bekerja di bidang yang harus jauh dari keluarga, tetapi kesetiaan kedua ayah ke kedua ibu tetap (Ngeri klo sekarang banyak berseliweran berita tentang pelakor).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Re-Akreditasi Laboratorium Pengujian

Sekolah Dasar (SD) di Tangsel Bagian-1

Operasi Gigi Bungsu